PT Sepatu Bata Tbk (BATA), produsen sepatu legendaris di Indonesia,resmi menghentikan kegiatan usaha industri alas kaki setelah bertahun tahun menghadapi tantangan keuangan dan perubahan perilaku konsumen.keputusan tersebut diambil dalam rapat pemegang saham (RUSLB)
BATA menyebut bahwa permintaan terhadap produkāproduk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.konsumen mulai mengubah prereferensi,termasuk dari segi desain,model,serta saluran distribusi (online vs ofline).
Pabrik di Purwakarta memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar dibanding pasokan bahan baku lokal yang bisa diperoleh secara berkelanjutan,serta di banding permintaan nyata di pasar hal ini membuat perusaan membebani biaya produksi yang tidak seimbang dengan output efektif.
Penutupan pabrik dan penghentian lini usaha produksi alas kaki merupakan bagian dari langkah restrukturisasi perusahaan agar lebih efisien dan beradaptasi dengan kondisi pasar.BATA di perkirakan akan memperkuat saluran ritel,distribusi,penjualan digital dan kerja sama maklon di banding memproduksi sendiri.
Penutupan pabrik Purwakarta dan penghentian lini usaha produksi sepatu Bata menandai akhir dari satu bab di sejarah panjang perusahaan yang sudah beroperasi hampir satu abad di Indonesia.meskipun produk lokal di hentikan,brand bata tidak sepenuhnya hilang tetap akan ada kehadiran lewat ritel dan distribusi produk serta penjualan dan strategi berbasis digital.
keputusan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, perubahan perilaku konsumen, dan kebutuhan perusahaan untuk bertahan di tengah tantangan keuangan.sebagai konsumen dan masyarakat,peristiwa ini mengundang refleksi tentang bagaimana industri nasional perlu berinovasi dan adaptif agar tetap relevan.
