Pelatih Tenis Meraup Jutaan Usai Melatih Tenis

JAKARTA-Tren olahraga tenis tengah melonjak pesat di tengah kalangan masyarakat urban di Jakarta kini menjasi olahraga baru yng sering di mainkan.

Tidak hanya menciptakan budaya hidup sehat, lonjakan minat ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi pelatih dan pelaku industri olahraga rekreasi.

Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Irsyad Ramadhan (30), seorang pelatih tenis di kawasan Jakarta Selatan.

Dalam, Irsyad mengaku bisa melatih hingga 4 sesi, dengan tarif rata-rata pelatihan mencapai Rp 500.000 per sesi.

“Sehari biasanya empat sesi. Seminggu bisa 22–24 sesi. Untuk per sesinya dua jam,” ujar Irsyad saat ditemui Kompas.com, Rabu (16/7/2025).

Komunitas, Aplikasi, dan Ekosistem Baru
Lonjakan peminat tenis di Jakarta ini bukan muncul tanpa sebab. Irsyad menyebut momen awal tren tersebut terjadi sejak adanya acara tenis hiburan yang digagas oleh Vindes pada 2022, dan semakin meningkat setelah publik figur seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ikut turut mempopulerkan olahraga raket ini yang kini menjadi ramai.

“Dari dulu sudah ada peminatnya. Tapi, sejak Vindes adain acara tenis (2022), terus artis kaya Raffi Ahmad, Nagita Slavina main, makin naik peminatnya,” ujar Irsyad.

Mayoritas klien Irsyad berasal dari kalangan pekerja kantoran, ibu rumah tangga, hingga influencer yang menyempatkan latihan di sela kesibukan mereka.

Latihan biasanya dilakukan pagi hari sebelum masuk jam kerja, malam hari, atau siang hari untuk kalangan ibu rumah tangga.

Namun Irsyad tidak bekerja sendiri. Sistem pelatihannya difasilitasi oleh komunitas tenis yang aktif merekrut peserta dan menjadwalkan sesi latihan.

Mereka biasanya menggunakan aplikasi seperti Kuyy! atau Reclub untuk menyusun jadwal, menyewa lapangan, dan membagi biaya pelatihan secara kolektif.

“Biasanya komunitas bawa 8–10 orang. Mereka cari pelatih, sewa lapangan, terus latihan bareng. Semua koordinasi lewat aplikasi,” jelas Irsyad.

Biaya pelatihan tersebut belum termasuk sewa lapangan yang berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per sesi, yang dapat dibagi patungan oleh peserta.

Meski olahraga baru seperti padel tengah naik daun, Irsyad menegaskan tren tenis tidak meredup. Justru, ia mengaku makin sulit mendapatkan lapangan kosong karena lonjakan permintaan.

“Awalnya gue kira berkurang karena padel naik. Tapi, justru kalau mau latihan (tenis) suka susah cari lapangan karena full booked. Jadi bukan dari peminat tenis pindah ke padel, tapi orang umum yang akhirnya ikut latihan tenis atau padel,” kata Irsyad.

Potensi Ekonomi dan Sosial dari Olahraga
Fenomena ini menunjukkan bahwa olahraga kini tidak hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat jakarta, jejaring sosial, dan bahkan ladang penghasilan.

Ekosistem tenis yang berkembang, mulai dari pelatih, penyewaan lapangan, komunitas olahraga, hingga aplikasi penjadwalan, menjadi bukti bahwa olahraga dapat mendorong aktivitas ekonomi baru di tingkat kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *