Tiga jet tempur MiG-31 milik Rusia telah masuk ke wilayah udara Estonia di Teluk Finlandia pada Jumat (19/9/2025). Pesawat itu berada selama 12 menit di dekat Pulau Vaindloo, 124 mil dari Tallinn, tanpa rencana penerbangan, transponder mati, dan tanpa komunikasi dengan pengawas lalu lintas udara.
Setelah itu, Tallinn memanggil perwakilan dari Rusia untuk menyampaikan sebuah protes resmi dan menyerukan penambahan tekanan politik serta ekonomi terhadap Moskow.
1. NATO dan Estonia segera melakukan konsultasi mendesak.
NATO, aliansi pertahanan dengan 32 anggota, segera merespons pelanggaran udara tersebut yang di lakukan rusia. Juru bicara NATO, Allison Hart, menyebut insiden ini sebagai tindakan yang sangat sembrono. Dewan Atlantik Utara dijadwalkan menggelar pertemuan awal pekan depan, sementara Perdana Menteri Estonia, Kristen Michal, meminta konsultasi darurat sesuai Pasal 4 NATO.
Duta Besar Estonia untuk Inggris, Sven Sakkov, menilai langkah nyata itu perlu segera diambil. Ia mengatakan bahwa Estonia membutuhkan langkah-langkah yang sangat praktis untuk meningkatkan perlindungan di wilayah udara di sisi timur NATO. Menteri Pertahanan Estonia, Hanno Pevkur, juga menekankan lamanya durasi insiden tersebut dan menyebut perlunya mengusir pelanggar.
2. Keteganga antara perbatasan timur NATO semakin naik
Ketegangan di perbatasan timur NATO meningkat sejak adanya Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022. drone Rusia telah memasuki Polandia pada 9–10 September 2025 dan Rumania pada pertengahan bulan yang sama, mendorong aliansi meluncurkan misi pertahanan Eastern Sentry. Pasukan Polandia bahkan menembak jatuh sejumlah drone, yang dianggap sebagai pelanggaran terparah sejak 2022.
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menilai insiden ini bukanlah kesalahan teknis.
“Rusia telah menerbangkan wilayah udara yang tepat ini selama beberapa dekade. Sulit untuk melihat bagaimana ini tidak disengaja,” ujarnya kepada Politico.
3. Uni Eropa dan pemimpin dunia kutuk Rusia
Diplomat tinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut tindakan Rusia berbahaya bagi stabilitas kawasan. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan dukungan penuh Eropa kepada Tallinn. Presiden Dewan Eropa, António Costa, menyebut isu ini akan dibahas dalam pertemuan 1 Oktober 2025 di Kopenhagen.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut insiden ini bagian dari pola provokasi Moskow untuk membuat gaduh negara eropa.
“Mereka menggunakan setiap alat: dari campur tangan dalam proses politik, seperti di Rumania dan Moldova, hingga pelanggaran wilayah udara, seperti di Polandia, Rumania, dan sekarang Estonia,” ujarnya di media sosial.
Kepala badan intelijen Inggris, Richard Moore, juga menilai tidak ada bukti bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, menginginkan perdamaian di Ukraina. Uni Eropa kini menyiapkan sanksi baru, termasuk larangan transaksi energi dan keuangan Rusia.